Di suatu malam yang mengerikan, hujan lebat dan penuh gemuruh petir. Seorang ibu hamil sedang bersusah payah menembus terjangan badai yang begitu menakutkan. Pergi meninggalkan anaknya yang kala itu sedang berumur sekitar 7 tahun. Mencari sang suami yang entah pegi ke mana. Dengan perjuangan keras akhirnya si ibu berhasil bertemu suaminya dan segera melesat menuju rumah sakit. Karena sesosok janin telah memaksa keluar dari persembunyiannya selama 9 bulan terakhir. Singkat cerita, si gadis mungil itu berhasil keluar dari tubuh ibunya, melihat indahnya dunia, dan merasakan semilir angin bebas yang menyegarkan.
Si ayah bingung akan memberi nama apa untuk buah hatinya ini. Tiba-tiba seorang kerabat dekat datang dan mengusulkan sebuah nama. Yang mungkin sedikit aneh tapi begitu unik. HIND SAUSAN. Si ayah dan si ibu mengerutkan kening. Apa arti nama itu? Hanya itu yang berkelut di hati masing-masing orang yang berada di sana. Akhirnya si kerabat segera menjelaskan bahwa HIND SAUSAN itu berasal dari AL-QUR’AN yang berarti BUNGA TERATAI. Lalu si ayah dan ibu menambahkan nama ASRI di belakangnya, yahh .. Asri merupakan gabungan dari nama si Ayah dan si Ibu. Ajaib! Sekarang namanya bertambah satu kata menjadi HIND SAUSAN ASRI. Yang artinya pun berubah menjadi BUNGA TERATAI YANG INDAH. Wahh wahh .. memang benar-benar indah! (hehehe…)
Tapi sialnya, saat akan mencatatkan nama itu ke dalam akta kelahiran, si pencatat tidak mencantumkan nama ASRI di akhir nama! Ohh, musibah! Bagaimana bisa dia seenaknya mengubah nama seseorang tanpa membicarakannya dulu. Bahkan dia tidak ikut merasakan penderitaan sang ayah saat merawat ibu. Dan sekarang??? Dengan semena-mena dia mengubah nama seorang balita malang yang tak berdosa. Maka jadilah nama si bayi. (hanya) Hind Sausan.
Keluarga bingung akan memberi nama panggilan apa untuk bayi ini. Hind??? No! Sausan??? Apalagi! No no no! akhirnya setelah melewati berbagai rapat sengit, di putuskan bahwa nama panggilannya adalah ACHI. ASRI = ACHI. Begitulah si ibu membuat penjelasannya.
Hind Sausan tumbuh menjadi gadis yang biasa-biasa saja. Seperti anak-anak lain. Nothing special. Tapi hidupnya penuh keceriaan. Sehingga semuanya terasa begitu indah. Setiap kali dia bertemu dengan orang baru, lingkungan baru, situasi baru, tempat baru, atau apa pun yang baru (kecuali pakaian baru, sepatu baru, dsb), Ia harus selalu memperkenalkan diri di sertai dengan penjelasan panjang yang beretele-tele. Bukan untuk menceritakan tentang hobi, cita-cita, dsb. Tapi sebuah deskripsi panjang mengenai namanya. CUMA UNTUK NAMA! Dan hal ini berlangsung terus-menerus hingga saat ini dia berumur 17 tahun.
Apakah bisa kau bayangkan betapa lelahnya dia??? Ooh Tuhan, apa ini sebuah karma kecil yang dia terima di dunia? Oke, mungkin aku terlalu berlebihan. Tapi maksudku adalah, menjelaskan suatu hal yang sama kepada orang yang berbeda, dalam frekuensi yang cukup banyak dan berkelanjutan, adalah aktivitas yang membosankan. MEMBOSANKAN! Sepertinya dia perlu membuat sebuah note kecil yang berisi tentang sejarah pe-nama-an atas dirinya itu. Sehingga ketika ada yang bertanya, kenapa namamu aneh? Kenapa nama panggilanmu tidak ada dalam nama panjangmu? Dia bisa dengan cekatan mengulurkan note itu dan segera beranjak pergi. Meluncur menghindari berbagai pertanyaan yang sama apabila dia terus berdiri di hadapan orang itu.
Tapi selain banyak kejelekan yang aku uraikan tadi, dia juga mendapatkan banyak manfaat dari namanya yang “membosankan” itu. Dia lebih di ingat oleh orang banyak, mendapat perhatian yang sedikit lebih di banding teman-temannya. Dan terkadang, dia juga merasa bangga dengan “gelar” yang melekat pada dirinya itu. Banyak orang bertanya, apakah kamu mempunyai keturunan Cina, Korea, atau Hongkong? Apakah kamu berasal dari luar Indonesia?
Wahai orang-orang yang baik hati, sesungguhnya dia adalah warga Negara Asli Indonesia. Apakah kalian perlu memeriksa KTPnya? Dan apakah kalian semua buta? Dia sama sekali tidak menunjukkan ciri-ciri orang keturunan. Wajah, kulit, mata, hidung, semuanya terlihat begitu Indonesia. Tapi itu cukup membanggakan baginya. Tak tau kenapa.
Suatu hari dia pergi mengikuti kursus untuk yang pertama kalinya. sudah menjadi peraturan bahwa setiap siswa baru harus melunasi administrasi terlebih dahulu, baru bisa mengikuti kursus. Dia pergi menuju bagian administrasi dan memberikan sejumlah uang. Tentu saja dia akan mendapatkan kwitansi setelah si pengurus menerima uang dan mengetahui namanya. Saat dia mendektekan namanya kepada si pengurus, si pengurus salah menuliskannya untuk yang pertama kali. Ini wajar. Hin Susan. Di coba untuk yang kedua kalinya. Hinsusan. Ketiga kalinya, Hind Susan. Dan yang paling parah, yang terakhir adalah Hindun Susan. Ohh Tuhan, seandainya tak ada dosa, akan ku cincang orang ini menjadi perkedel daging! Dan jadilah, aku yang menuliskan namaku di atas kertas kwitansiku sendiri.
cerita terakhir tentang Hind Sausan. oopss! aku salah. pasti bukan untuk yang terakhirr. hari itu entah pukul berapa, saat Hind Sausan sedang belajar B.indonesia di kelas. sudah menjadi rutinitas wajib, sebelum memulai pelajaran pasti akan di lakukan absen terlebih dahulu. saat beliau menyebut nama gadis malang ini, di mengatakan ... HAINBODY! wow ! menakjubkan! lebih heboh ketimbang iklan HandBody sungguhan sekalipun! Ggrrr !
Hind Sausan ohh Hind Sausan, engkau membuat harinya menjadi lebih berwarna-warni dan bervariasi. Meskipun sampai detik ini, dia tidak pernah mengetahui dalam surat apa namanya tercantum di AL-QUR’AN. Dan apakah Bunga Teratai memang benar-benar arti dari nama itu? Dia tak pernah tau. Tapi, MASA BODOH. Itu sudah terlanjur menjadi namanya. Dan tak mungkin lagi untuk di ubah ataupun berubah. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar